TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR – Dirjen Balai Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem (BKSDAE), Ir Wiratno merilis 70 ekor Nuri Merah asal Maluku.
Rilis kasus pengangkutan 70 ekor Nuri Merah (Red Lory Eos Bornea), digelar di lantai 2 Swissbell Hotel, Pantai Losari Makassar, Sabtu (3/11/2018) malam.
Pada rilis ini, 70 ekor Nuri Merah yang terungkap 26 Oktober 2018 di Pelabuhan Soekarno-Hatta Kota Makassar, berasal dari Kepulauan Seram, Ambon, Maluku.
“Tahukah kalian berapa harga burung ini jika diperjualbelikan, ya tidak ada harga yang bisa membelinya. Harganya ya itu harus kita lindungi ini,” ungkap Wiratno.
Dalam rilis itu memang tidak dihadirkan burung yang dibanderol dengan harga Rp 600 ribu per ekor di pasar gelap, karena dipersiapkan untuk dikirim ke Ambon.
“Mau tidak mau harus kita kembalikan mereka (burung Nuri Merah) ke Ambon, karena iklim di sana paling cocok agar ini tidak punah masa mendatang,” ujarnya.
Seperti diketahui, beberapa waktu lalu pengungkapan 70 Red Lory ini dilakukan oleh tim gabungan Polres Pelabuhan Makassar pada kapal Feri Dharma Kartika III.
Saat itu kata Wiratno, pihak kepolisian menemukan dua kandang berukuran 35 x 50 x 70 sentimeter berisikan 70 ekor burung yang rencananya akan ke Jawa.
Namun setelah diketahui tim Polres Pelabuhan Makassar, kemudian proses koordinasi dengan pihak BKSDA Sulsel untuk adanya pengamanan sementara.
“Sebenarnya 74, tapi karena ini delapan hari dirawat di lingkungan yang memang tidak mendukung maka beberapa mati, jadi tinggal 70 ekor,” tambah Wiratno.
Dalam rilis 70 burung asal Maluku ini, Dirjen KSDAE Wiratno didampingi Kepala BKSDA Maluku Muhtar Amin Ahmadi, dan BKSDA Sulsel Johanis Pemandi.
Kemudian rilis ini dihadiri juga dari para komunitas cinta burung, Perbakin, pihak Polri dan TNI, pegawai BKSDA Sulsel dan Maluku, juga dari BKSDA Bau-bau.